MARCUS REID
BERKATMU, AKU BANGKIT
Hallo guys, namaku Sabila Zahra Umamy, biasa dipanggil bela. Aku berasal dari Kota Probolinggo - Jawa Timur. Aku lahir pada tanggal 04 Maret 2000. Aku anak ketiga dari tiga bersaudara. Aku dari Fakultas Teknik, jurusan Teknik Industri di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Pada kali ini, aku akan menceritakan sebuah perjalanan ku ketika meraih suatu perguruan tinggi. Cukup panjang perjalananku untuk menggapainya dan kisah ini bermula ketika kelas XII SMA.
Bel istirahat pun berdering, teman-teman ku tiba-tiba mengajakku bukan menuju ke kantin, ataupun warung nasi Buk Yon yang kala itu merupakan tempat favoritku dengan teman-teman untuk makan siang. Namun, mereka mengajakku menuju ruangan Bimbingan Konseling. Ruangan itu tentu sangat sepi. Teman-teman menyuruhku untuk sharing terlebih dahulu untuk masalah jurusan dan fakultas yang aku inginkan. "Bu, saya ingin masuk Teknik Industri - Universitas Brawijaya", pintaku. Guru BK ku pun menjawab "maaf ya mbak, coba dipikir-pikir lagi keinginan kamu. Yang kamu pilih merupakan fakultas dan prodi yang tinggi. Selain itu, Universitas Brawijaya merupakan kampus favorit". Aku tersentak hebat ketika Guru BK ku berkata seperti itu, rasanya sangat-sangat kecewa karena pilihanku, keinginanku sejak duduk dibangku SMP ternyata seperti tidak layak untuk menjadi sebuah pilihanku.
Sesampai rumah, ada bapak dan ibu yang sedang menonton TV, dan aku coba bertanya kepada mereka apa fakultas dan prodi yang aku pilih sesuai. Setelah aku menjelaskan suatu keinginanku untuk mencapai jurusan itu, Ibu pun menjawab "Aku lebih seneng kamu jadi guru saja, teknik itu berat, teknik itu banyak tugas dan laporan. Pekerjaan yang pantes buat cewe itu guru. Kamu lebih sering berada dirumah untuk mengurus rumah tangga". Yang aku rasakan, rasa kecewa bertambah berkali-kali lipat, dalam hati "Kenapa tidak ada yang mensupport pilihan ku?". Dan beberapa minggu kemudian. Kedua kakak ku, mbak Alfi yang merupakan lulusan Magister Teknik dan mbak Eva yang merupakan lulusan Sarjana Teknik sangat mendukung pilihan jurusanku. Dan aku bercerita kepada mereka karena bapak ibu lebih setuju jika diriku menjadi guru. Entah, kedua kakak ku menyampaikan apa kepada bapak dan ibu. Tiba-tiba kedua orang tua ku berubah pikiran, "nak, gapapa kamu pilih jurusan teknik industri tapi syaratnya kamu jangan ngeluh, jangan putus asa terhadap tugas yang berat dari dosen. Apapun itu, itu semua pilihan kamu. Jangan sampai bapak dan ibu mendengar kamu mengeluh dengan kuliahmu. kamu harus semangat. harus meniru kakak-kakaknya yang lulus 3,5 tahun semua". Akupun hanya bisa terdiam mendengarkan pinta bapak dan ibu. Dan aku gunakan sebagai motivasi untuk seterusnya.
Satu bulan berlalu, pengumuman jalur undangan pun di umumkan hari itu. Semalaman aku tidak bisa tidur sebab pengumuman ini. Keesokan harinya, hatiku sangat berdebar-debar, tanganku sangat dingin dan aku tidak mau melakukan aktifitas apapun. Waktu sudah menunjukkan jam 7 malam, aku cek dengan diawali membaca basmalah. Dan apa yang terjadi? Cuma ada tulisan berwarna merah disana, aku sontak menangis dan orang tua ku pun juga terkejut mengapa aku menangis. Tanpa bicara sepatah kata apapun, aku cuma bisa menunjukkan layar handphone kepada kedua orang tua ku. Rasanya, tidak diterima di jalur undangan seperti benar-benar tidak ada harapan lagi. Tapi, tetap saja,. Orang tua ku tidak pernah mengekangku, bapak ibu selalu ikhlas terhadap segala macam kegagalan. Aku ingin seperti Bapak dan Ibu yang selalu tegar menghadapi segala cobaan yang menimpanya. "Gapapa, berarti ini bukan rezeki kamu. Mungkin kalo kamu keterima jalur ini bakal sombong, bakal ga baik buat diri kamu. Allah Maha Mengetahui yang terbaik buat kamu. Sekarang kemasin barang kamu, ayo kita berangkat ke Malang buat nganter kamu bimbingan belajar untuk test SBMPTN", pinta bapak. "Pak buk, aku takut udah bela-belain di malang, udah bayar mahal-mahal tapi tetap saja tidak diterima di jalur SBMPTN. Maafkan aku selalu merepotkan bapak dan ibu, maaf ga nurut sama ibu untuk tidak memilih fakultas pendidikan sebelumnya karena teknik industri merupakan benar-benar jurusan impianku. Aku tidak mempermasalahkan kegagalanku, yang penting aku sudah mencobanya, cuma yang aku takutkan itu mengecewakan bapak dan ibu untuk kesekian kalinya", pintaku. "Gaada rasa kecewa sedikitpun dari bapak dan ibu, kita bangga punya anak yang semangat belajar dan berusaha. Kamu sudah berusaha semaksimal mungkin, dan setelah itu Allah yang menentukan semuanya nak. Selama kamu masih berada dalam naungan bapak dan ibu, bapak ibu selalu menemanimu sampai dapat kuliah". Tanpa sepatah kata apapun, aku hanya bisa terdiam, menangis dan memeluk kedua orang tuaku.
Hari demi hari aku lalui bimbingan belajar di Malang itu. Dan tiap malam pun, bapak dan ibu selalu meneleponku untuk menanyakan kabarku, mengingatkanku sholat dan makan serta diberi semangat untuk selalu rajin belajar. Tetapi, tetap saja. Aku tidak diterima di jalur SBMPTN. Namun kali ini berbeda, aku tidak merasakan sakit hati dan kecewa yang pernah aku rasakan sebelumnya. Mungkin berkat saran bapak dan ibu yang mereka berikan kepadaku membuatku sadar apa artinya itu KEIKHLASAN untuk menerima suatu keputusan yang terbaik dari Allah SWT.
Memang, ketika aku melaksanakan test SBMPTN entah kenapa langsung terpikirkan Universitas Muhammadiyah Malang. Ketika aku tidak keterima di jalur SBMPTN, diriku langsung cari tahu tentang UMM, aku baca artikel-artikel yang berkaitan tentang UMM, juga aku pahami segala jurusan dan prodi yang berada di UMM. Dan ternyata ada jurusan teknik industri. Tekadku bulat untuk mengikut tes UMM ini yang pada waktu itu jalur tes/reguler gelombang II. Tiap malam pun, ku selalu belajar dan terus belajar untuk persiapan tes UMM ini. Alhamdulillah, kedua orang tua ku mensupportku untuk mengikuti tes di UMM.
1 bulan kemudian, test UMM akan diadakan. Akupun berniat untuk berangkat sendiri agar lebih mandiri. Tetapi kali ini, orang tua ku membuatku merasa terharu. Tes gelombang II UMM yang waktu itu merupakan hari efektif, hari kerja. Bapak dan Ibu memilih izin untuk tidak kerja, meninggalkan segala pekerjaannya demi mengantarku tes gelombang II. Aku mengerjakan soal dan tes wawancara pun, bapak dan ibu menunggu di luar dan menyaksikan ku. Dan aku melihat raut wajah ibu dan selalu tersenyum.
Tes pun selesai, ibu langsung memelukku dan menciumku sambil berkata "Alhamdulillah sudah selesai, semoga ini jalur terakhir kamu. Kamu udah berusaha maksimal kok, biarpun yang menentukan keputusan ini Yang Maha Kuasa. sekarang lupakan tes yang kamu lalui tadi, sekarang maunya kamu makan apa? Ibu turutin kalo bisa makan yang sekiranya kamu tidak membahas tes gelombang II yang tadi agar kamu gak terlalu berat untuk memikirkannya, he he".
Seling beberapa hari sambil menunggu pengumuman tes gelombang II UMM, aku mengisi waktu luang untuk berbisnis/berjualan minuman cokelat ke teman-teman dan guru-guru Madrasah Aliyah Negeri 2 Probolinggo. Alhamdulillah selama 5 hari, sekitar 200 lebih botol minuman cokelatku terjual. Memang sejak SMA, aku memiliki bakat untuk berbisnis. Sehingga, ketika ada waktu luang selalu ku isi dengan berbisnis. Bapak dan Ibu memperbolehkan ku untuk berbisnis ketika senggang saja, dan tidak diperbolehkan berbisnis ketika hari efektif misalnya ketika sekolah, ketika kuliah. Mungkin, bapak dan ibu khawatir aku tidak bisa membagi waktu antara bisnis dan belajar.
Beberapa hari kemudian, pengumuman hasil penerimaan mahasiswa baru di jalur tes/reguler gelombang II telah di umumkan. Dan alhamdulillah, aku keterima di jalur ini - prodi Teknik Industri. Akhirnya, ini ternyata keputusan terbaik yang telah disimpan Allah selama ini. Allah Maha Mengetahui sedangkan aku tidak mengetahui mana tempat yang terbaik.
"Segala sesuatu yang baik selalu datang disaat terbaiknya. Persis Waktunya. Tidak datang lebih cepat, pun tidak lambat itulah kenapa rasa sabar itu harus disertai dengan keyakinan" - Tere Liye
Pada kali ini, aku akan menceritakan sebuah perjalanan ku ketika meraih suatu perguruan tinggi. Cukup panjang perjalananku untuk menggapainya dan kisah ini bermula ketika kelas XII SMA.
Bel istirahat pun berdering, teman-teman ku tiba-tiba mengajakku bukan menuju ke kantin, ataupun warung nasi Buk Yon yang kala itu merupakan tempat favoritku dengan teman-teman untuk makan siang. Namun, mereka mengajakku menuju ruangan Bimbingan Konseling. Ruangan itu tentu sangat sepi. Teman-teman menyuruhku untuk sharing terlebih dahulu untuk masalah jurusan dan fakultas yang aku inginkan. "Bu, saya ingin masuk Teknik Industri - Universitas Brawijaya", pintaku. Guru BK ku pun menjawab "maaf ya mbak, coba dipikir-pikir lagi keinginan kamu. Yang kamu pilih merupakan fakultas dan prodi yang tinggi. Selain itu, Universitas Brawijaya merupakan kampus favorit". Aku tersentak hebat ketika Guru BK ku berkata seperti itu, rasanya sangat-sangat kecewa karena pilihanku, keinginanku sejak duduk dibangku SMP ternyata seperti tidak layak untuk menjadi sebuah pilihanku.
Sesampai rumah, ada bapak dan ibu yang sedang menonton TV, dan aku coba bertanya kepada mereka apa fakultas dan prodi yang aku pilih sesuai. Setelah aku menjelaskan suatu keinginanku untuk mencapai jurusan itu, Ibu pun menjawab "Aku lebih seneng kamu jadi guru saja, teknik itu berat, teknik itu banyak tugas dan laporan. Pekerjaan yang pantes buat cewe itu guru. Kamu lebih sering berada dirumah untuk mengurus rumah tangga". Yang aku rasakan, rasa kecewa bertambah berkali-kali lipat, dalam hati "Kenapa tidak ada yang mensupport pilihan ku?". Dan beberapa minggu kemudian. Kedua kakak ku, mbak Alfi yang merupakan lulusan Magister Teknik dan mbak Eva yang merupakan lulusan Sarjana Teknik sangat mendukung pilihan jurusanku. Dan aku bercerita kepada mereka karena bapak ibu lebih setuju jika diriku menjadi guru. Entah, kedua kakak ku menyampaikan apa kepada bapak dan ibu. Tiba-tiba kedua orang tua ku berubah pikiran, "nak, gapapa kamu pilih jurusan teknik industri tapi syaratnya kamu jangan ngeluh, jangan putus asa terhadap tugas yang berat dari dosen. Apapun itu, itu semua pilihan kamu. Jangan sampai bapak dan ibu mendengar kamu mengeluh dengan kuliahmu. kamu harus semangat. harus meniru kakak-kakaknya yang lulus 3,5 tahun semua". Akupun hanya bisa terdiam mendengarkan pinta bapak dan ibu. Dan aku gunakan sebagai motivasi untuk seterusnya.
Satu bulan berlalu, pengumuman jalur undangan pun di umumkan hari itu. Semalaman aku tidak bisa tidur sebab pengumuman ini. Keesokan harinya, hatiku sangat berdebar-debar, tanganku sangat dingin dan aku tidak mau melakukan aktifitas apapun. Waktu sudah menunjukkan jam 7 malam, aku cek dengan diawali membaca basmalah. Dan apa yang terjadi? Cuma ada tulisan berwarna merah disana, aku sontak menangis dan orang tua ku pun juga terkejut mengapa aku menangis. Tanpa bicara sepatah kata apapun, aku cuma bisa menunjukkan layar handphone kepada kedua orang tua ku. Rasanya, tidak diterima di jalur undangan seperti benar-benar tidak ada harapan lagi. Tapi, tetap saja,. Orang tua ku tidak pernah mengekangku, bapak ibu selalu ikhlas terhadap segala macam kegagalan. Aku ingin seperti Bapak dan Ibu yang selalu tegar menghadapi segala cobaan yang menimpanya. "Gapapa, berarti ini bukan rezeki kamu. Mungkin kalo kamu keterima jalur ini bakal sombong, bakal ga baik buat diri kamu. Allah Maha Mengetahui yang terbaik buat kamu. Sekarang kemasin barang kamu, ayo kita berangkat ke Malang buat nganter kamu bimbingan belajar untuk test SBMPTN", pinta bapak. "Pak buk, aku takut udah bela-belain di malang, udah bayar mahal-mahal tapi tetap saja tidak diterima di jalur SBMPTN. Maafkan aku selalu merepotkan bapak dan ibu, maaf ga nurut sama ibu untuk tidak memilih fakultas pendidikan sebelumnya karena teknik industri merupakan benar-benar jurusan impianku. Aku tidak mempermasalahkan kegagalanku, yang penting aku sudah mencobanya, cuma yang aku takutkan itu mengecewakan bapak dan ibu untuk kesekian kalinya", pintaku. "Gaada rasa kecewa sedikitpun dari bapak dan ibu, kita bangga punya anak yang semangat belajar dan berusaha. Kamu sudah berusaha semaksimal mungkin, dan setelah itu Allah yang menentukan semuanya nak. Selama kamu masih berada dalam naungan bapak dan ibu, bapak ibu selalu menemanimu sampai dapat kuliah". Tanpa sepatah kata apapun, aku hanya bisa terdiam, menangis dan memeluk kedua orang tuaku.
Hari demi hari aku lalui bimbingan belajar di Malang itu. Dan tiap malam pun, bapak dan ibu selalu meneleponku untuk menanyakan kabarku, mengingatkanku sholat dan makan serta diberi semangat untuk selalu rajin belajar. Tetapi, tetap saja. Aku tidak diterima di jalur SBMPTN. Namun kali ini berbeda, aku tidak merasakan sakit hati dan kecewa yang pernah aku rasakan sebelumnya. Mungkin berkat saran bapak dan ibu yang mereka berikan kepadaku membuatku sadar apa artinya itu KEIKHLASAN untuk menerima suatu keputusan yang terbaik dari Allah SWT.
Memang, ketika aku melaksanakan test SBMPTN entah kenapa langsung terpikirkan Universitas Muhammadiyah Malang. Ketika aku tidak keterima di jalur SBMPTN, diriku langsung cari tahu tentang UMM, aku baca artikel-artikel yang berkaitan tentang UMM, juga aku pahami segala jurusan dan prodi yang berada di UMM. Dan ternyata ada jurusan teknik industri. Tekadku bulat untuk mengikut tes UMM ini yang pada waktu itu jalur tes/reguler gelombang II. Tiap malam pun, ku selalu belajar dan terus belajar untuk persiapan tes UMM ini. Alhamdulillah, kedua orang tua ku mensupportku untuk mengikuti tes di UMM.
1 bulan kemudian, test UMM akan diadakan. Akupun berniat untuk berangkat sendiri agar lebih mandiri. Tetapi kali ini, orang tua ku membuatku merasa terharu. Tes gelombang II UMM yang waktu itu merupakan hari efektif, hari kerja. Bapak dan Ibu memilih izin untuk tidak kerja, meninggalkan segala pekerjaannya demi mengantarku tes gelombang II. Aku mengerjakan soal dan tes wawancara pun, bapak dan ibu menunggu di luar dan menyaksikan ku. Dan aku melihat raut wajah ibu dan selalu tersenyum.
Tes pun selesai, ibu langsung memelukku dan menciumku sambil berkata "Alhamdulillah sudah selesai, semoga ini jalur terakhir kamu. Kamu udah berusaha maksimal kok, biarpun yang menentukan keputusan ini Yang Maha Kuasa. sekarang lupakan tes yang kamu lalui tadi, sekarang maunya kamu makan apa? Ibu turutin kalo bisa makan yang sekiranya kamu tidak membahas tes gelombang II yang tadi agar kamu gak terlalu berat untuk memikirkannya, he he".
Seling beberapa hari sambil menunggu pengumuman tes gelombang II UMM, aku mengisi waktu luang untuk berbisnis/berjualan minuman cokelat ke teman-teman dan guru-guru Madrasah Aliyah Negeri 2 Probolinggo. Alhamdulillah selama 5 hari, sekitar 200 lebih botol minuman cokelatku terjual. Memang sejak SMA, aku memiliki bakat untuk berbisnis. Sehingga, ketika ada waktu luang selalu ku isi dengan berbisnis. Bapak dan Ibu memperbolehkan ku untuk berbisnis ketika senggang saja, dan tidak diperbolehkan berbisnis ketika hari efektif misalnya ketika sekolah, ketika kuliah. Mungkin, bapak dan ibu khawatir aku tidak bisa membagi waktu antara bisnis dan belajar.
Beberapa hari kemudian, pengumuman hasil penerimaan mahasiswa baru di jalur tes/reguler gelombang II telah di umumkan. Dan alhamdulillah, aku keterima di jalur ini - prodi Teknik Industri. Akhirnya, ini ternyata keputusan terbaik yang telah disimpan Allah selama ini. Allah Maha Mengetahui sedangkan aku tidak mengetahui mana tempat yang terbaik.
"Segala sesuatu yang baik selalu datang disaat terbaiknya. Persis Waktunya. Tidak datang lebih cepat, pun tidak lambat itulah kenapa rasa sabar itu harus disertai dengan keyakinan" - Tere Liye